LToxic masculinity adalah istilah untuk merujuk anggapan tentang maskulinitas yang berlebihan dan negatif.Toxic masculinity berangkat dari stereotipe semacam ini. Misalnya, aktivitas di dapur merupakan aktivitas khas perempuan. Sedangkan bekerja menguras keringat di luar rumah adalah aktivitas khas laki-laki.Journal of Psychology mendefinisikan toxic masculinity atau maskulinitas beracun sebagai sifat maskulin dalam konstruksi sosial yang digunakan untuk mendorong kekerasan, dominasi, dan merendahkan perempuan. Dalam masyarakat patriarkis, konstruksi tentang apa itu maskulinitas laki-laki cenderung memiliki standar yang dilebih-lebihkan. Hal tersebut memicu timbulnya toxic masculinity, seperti misalnya haram hukumnya laki-laki menunjukkan kesedihan dan kelemahan, sebab laki-laki adalah orang yang perkasa dan tahan banting.Biasanya, toxic masculinity ditanamkan pada anak-anak dan remaja. Mereka diajarkan untuk menjadi “jantan” dengan tidak menunjukkan emosinya. Dalam budaya patriarki, laki-laki harus lebih superior dibanding perempuan. Tak jarang mereka yang menangis akan dilabeli “bencong”.Dampak toxic masculinity.Stereotipe masyarakat patriarkis menuntut laki-laki untuk selalu tampil kuat. Tak jarang, laki-laki sering memendam masalahnya sendiri. Mereka juga akan kesulitan mengekspresikan perasaannya. Padahal, menurut psikologi, kunci hidup sehat salah satunya adalah mengkomunikasikan pikiran dan perasaan dengan tepat.Tuntutan tersebut rentan membuat laki-laki mengalami stress dan depresi. Dalam beberapa kasus kekerasan seksual terhadap laki misalnya, korban laki-laki banyak yang memilih diam. Laki-laki korban kekerasan seksual tidak berani speak up karena, salah satunya, ketakutan tidak dianggap jantan karena mengalami kekerasan seksual dinilai berkebalikan dengan konsep kejantanan.Dampak lainnya adalah meningkatnya kasus kekerasan seksual. Hal tersebut karena toxic masculinity selalu ingin lebih tinggi daripada perempuan. Oleh karenanya, toxic masculinity dapat mendorong ketidaksetaraan gender yang dapat meningkatkan angka kasus kekerasan seksual.